Cinta


Cinta, sebuah kata yang tak asing di telinga kita. Bahkan saya yakin setiap orang pernah mencicipinya. Dalam sebuah lagu yang lupa judulnya, didendangkan “Rasa cinta, pasti ada, pada makhluk yang bernyawa”. Cinta tak sebatas terjadi pada manusia, makhluk lain pun merasakannya, seperti binatang, seganas-ganas harimau tak akan memakan anaknya sendiri. Kita lahir di dunia ini pun tak lepas dari kata itu, cinta yang menyatukan orang tua kita dan lahirlah, dan berkat cinta tersebut kita tumbuh dewasa, sehingga kita sendiri merasakan yang namanya cinta. Cinta merupakan karunia dari Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, andaikan saja Allah tak memberikan cinta pada ciptaannya, niscaya kita akan saling bermusuhan. Dan dengan kesempurnaan-Nya pula Dia menjadikan sesuatu dengan berpasang-pasangan. Allah menciptakan laki-laki ada perempuan, kaya ada miskin dan lain sebagainya.
Cinta banyak sekali manifestasinya, tapi dari semua bentuk cinta yang ada hanya satu cinta yang akan mengantarkan kita pada keselamatan, cinta tersebut akan selalu kekal yaitu cinta pada Sang Maha Pemberi Cinta. Cinta pada selain Allah tidak akan kekal pasti ada titik akhir kita cinta dan kemudian dengan berlalunya waktu cinta tersebut akan luntur dan sampai akhirnya akan hilang sama sekali. Kita tidak dilarang mencintai kepada apa saja dan siapa saja, asalkan cinta tersebut tak menggeser cinta kita pada Allah. Jikalau cinta pada selain Allah menggeser bahkan meniadakan cinta pada Allah maka celakalah orang tersebut. Kita cinta pada orang tua kita itu karena Allah kita tak akan cinta pada orang tua kita jika Allah tak menyisipkan cinta itu pada diri kita, oleh karena itu kita mencintai orang tua kita karena Allah. Ada salah satu ulama wanita yang terkenal dengan mahabbahnya terhadap Allah, yaitu Rabiatul Adawiyyah, beliau merupakan salah satu manusia yang telah merasakan betul cinta pada Allah untuk lebih jelasnya bacalah ringksan cerita kehidupan beliau.
Rugilah orang yang rasa cintanya melebihi cinta pada Allah, karena cinta pada selain Allah tidaklah kekal. Memang sulit sekali melakukannya, tapi kita harus selalu berusaha, karena cobaan yang akan kita dapatkan pasti sangat sulit. Misalnya di saat kita mendapatkan kenikmatan yang luar biasa, di saat itu mungkin kita.
“Barangsiapa mengutamakan kecintaan Allah atas kecintaan manusia maka Allah akan melindunginya dari beban gangguan manusia”. (HR. Ad-Dailami).
Kadang kalau kita terlalu cinta pada sesuatu akan membuat kita buta bahkan akan lupa terhadap apapun. Misalnya kita mencintai seseorang kadang membuat kita lupa, saat makan kita teringat pada si dia, saat kita sendiri teringat  si dia, sehingga kalau berlebihan orang lain akan menganggap kita gila.
“Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli”. (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Ada banyak sekali motif yang dilakukan hamba ketika beribadah, ada yang karena takut, ada yang karena mengnginkan sesuatu, dan yang mengkin terlupa adalah beribadah karena cinta. Kita dihadapkan pada pemimpin, kita patuh pada pemimpin karena takut, sehingga di saat tidak ada pemimpin maka kita tak taat. Namun berbeda jika kita melakukan sesuatu karena kita cinta. Kita cinta pada seseorang, maka kita akan rela untuk melakukan apapun untuknya. Tak berbeda jauh jika kita beribadah karena kita cinta pada Allah, maka kita akan merasakan kenikmatan taat serta patuh pada Allah. Dan kita berharap, semoga kita tetap berada pada jalan yang benar sehingga cinta kita akan tetap bersih nan murni tak ternodai oleh kotoran-kotoran serta gangguan-gangguan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © MY DIARY